Kamis, 09 Desember 2010

Bencana Alam

BENCANA BANJIR


BENCANA BANJIR

Tim Liputan 6 SCTV
13/10/2010 17:00 
Di Indonesia kerap sekali terjadi bencana alam. Salah satunya adalah bencana banjir yang sering terjadi. Lihat saja banjir bandang yang banyak terjadi karena sungai tiba-tiba meluap atau contohlah di jakarta yang kebanyakan banjir terjadi karena ulah manusia sendiri.
Penyebab banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal baik alam maupun manusia.Dan berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia termasuk Indonesia :
  • Peristiwa alam seperti Curah hujan dalam jangka waktu yang lama.
  • Terjadinya erosi tanah hingga hanya menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air. bahkan bukan hanya banjir tapi juga tanah longsor.
  • Buruknya penanganan sampah, hingga kemudian sumber saluran air tersumbat.
  • Bendungan dan saluran air rusak. Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung
  • Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali.
  • Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi bencana banjir
  • Kiriman atau bencana banjir bandang.
  • Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
  • Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. Contohlah kota-kota besar semacam jakarta yang sering terjadi bencana banjir.
Bencana banjir sebenarnya dapat kita hindari, yaitu dengan menghindari hal-hal diatas. Sehingga tidak akan terjadi peristiwa seperti situ gintung ataupun bajir bandang yang sering terjadi di indonesia. seperti sebuah kata bijak “Manusia adalah bagian dari alam, jika kita menyakiti alam maka kita juga akan menyakiti manusia”.

Sebab
Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap.
Dampak
Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.

Kapitalisasi

Paradigma manusia terhadap hutan serta jejak keekologian saat ini tidak lagi dilihat sebagai entitas kehidupan. Akan tetapi hutan saat ini dilihat sebagai modal (kapital). Maka kepenguasaan atasnya adalah semata dikontrol oleh hukum-hukum bendawi (materialistis) yang berimpresi bisnis dan logika keuntungan.

Dengan paradigma semacam itu hutan semata dilihat sebagai sumber uang, sumber investasi, dan keuntungan (profit). Beda halnya bila hutan dilihat sebagai entitas kehidupan. Karena, dengan paradigma demikian (entitas kehidupan) hutan didekati secara etik secara moralistik. Karena, hutan menyimpan kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lain secara holistik. Karena, hutan menyimpan kunci mata rantai keseimbangan kehidupan biotik.

Konsekuensinya perlakukan terhadap hutan pun cenderung pada perspektif hukum pasar (antara manusia dan sumber pendapatan). Hutan tidak lagi dilihat sebagai habitat makhluk hidup termasuk manusia. Melihat hutan dengan paradigma kehidupan akan mendorong manusia bertindak konstan. Dan, wujud dari itu adalah memanfaatkan hutan sembari memikirkan dan bertindak untuk mengontrol akibat-akibatnya.

Bencana banjir yang menelan nyawa manusia sebegitu banyak di Wasior disebabkan sempitnya cara pandang masyarakat terhadap hutan dan memanfaatkannya dengan cara-cara yang tidak etik. Ujung-ujungnya paradigma yang demikian justru memusibahkan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar