Sabtu, 27 November 2010

Bencana 2010 Indonesia Berduka


BENCANA BANJIR

Tim liputan 6 SCTV
13/10/2010  17:00 WIB 
Di Indonesia kerap sekali terjadi bencana alam. Salah satunya adalah bencana banjir yang sering terjadi. Lihat saja banjir bandang yang banyak terjadi karena sungai tiba-tiba meluap atau contohlah di jakarta yang kebanyakan banjir terjadi karena ulah manusia sendiri.
Penyebab banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal baik alam maupun manusia.Dan berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia termasuk Indonesia :
  • Peristiwa alam seperti Curah hujan dalam jangka waktu yang lama.
  • Terjadinya erosi tanah hingga hanya menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air. bahkan bukan hanya banjir tapi juga tanah longsor.
  • Buruknya penanganan sampah, hingga kemudian sumber saluran air tersumbat.
  • Bendungan dan saluran air rusak. Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung
  • Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali.
  • Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi bencana banjir
  • Kiriman atau bencana banjir bandang.
  • Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
  • Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. Contohlah kota-kota besar semacam jakarta yang sering terjadi bencana banjir.
Bencana banjir sebenarnya dapat kita hindari, yaitu dengan menghindari hal-hal diatas. Sehingga tidak akan terjadi peristiwa seperti situ gintung ataupun bajir bandang yang sering terjadi di indonesia. seperti sebuah kata bijak “Manusia adalah bagian dari alam, jika kita menyakiti alam maka kita juga akan menyakiti manusia”


Bagi LSM Institute Indonesia Hijau, bencana banjir bandang yang merenggut puluhan korban jiwa itu tak lepas dari kontribusi sektor industri di Papua. Pasalnya, selain menyisakan puing-puing bangunan dan lumpur yang menyelimuti, ribuan kayu gelondongan juga tampak tersapu banjir.

"Hal itu menegaskan, peristiwa tersebut bukanlah murni karena murka alam. Kondisi ini adalah bukti nyata terjadinya aksi penebangan pohon di hulu sungai yang membelah kota ini," jelas kepala Institute Indonesia Hijau Chalid Muhammad.

Awal 2010 lalu, LSM Institut Hijau Indonesia mengungkapkan bahwa Papua Barat memiliki kerentanan terhadap bencana ekologis. Penyebabnya adalah alih fungsi lahan secara masif di kawasan itu. Dalam rentang waktu antara 2005 hingga 2009 juga dilaporkan terjadinya deforestasi nasional mencapai lebih dari satu juta hektar per tahun.

"Umumnya, ancaman bencana ekologis itu disumbangkan sektor industri ekstraktif," tambah Chalid. "Seharusnya Papua tidak boleh diperlakukan sebagai daerah yang diekploitasi atau dikeruk habis-habisan seperti yang sekarang ini sedang terjadi. Eksploitasi harus segera dihentikan, termasuk juga penghentian sejumlah izin penambangan, APH, dan pengembangan hutan untuk perkebunan."

Pernyataan senada diungkapkan para aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) beberapa hari lalu. Namun, meski fakta tampak benderang, pemerintah seolah menutup mata jika kawasan hutan di hulu sungai yang membelah kota Wasior telah rusak.

"Sekarang ini, illegal logging sangat sulit dideteksi. Meski begitu, pihak kepolisian dan para pejabat setempat telah berkomitmen untuk tidak memberikan toleransi terhadap para pelaku jika tertangkap," kilah Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.

Yang pasti, bencana telah menerjang Kota Wasior. Empat sungai yang mengalir dari hulu melintasi Kota Wasior tak mampu menahan air dan meluap. Tsunami kecil itu meninggalkan duka yang mendalam.

Sebab
Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai batang salang yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap.
Dampak
Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, dan jembatan Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh.
Banjir bandang juga menyebabkan 110 orang tewas dan 450 orang masih dinyatakan hilang. Sementara sebagian korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.
Kapitalisasi

Paradigma manusia terhadap hutan serta jejak keekologian saat ini tidak lagi dilihat sebagai entitas kehidupan. Akan tetapi hutan saat ini dilihat sebagai modal (kapital). Maka kepenguasaan atasnya adalah semata dikontrol oleh hukum-hukum bendawi (materialistis) yang berimpresi bisnis dan logika keuntungan.

Dengan paradigma semacam itu hutan semata dilihat sebagai sumber uang, sumber investasi, dan keuntungan (profit). Beda halnya bila hutan dilihat sebagai entitas kehidupan. Karena, dengan paradigma demikian (entitas kehidupan) hutan didekati secara etik secara moralistik. Karena, hutan menyimpan kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lain secara holistik. Karena, hutan menyimpan kunci mata rantai keseimbangan kehidupan biotik.

Konsekuensinya perlakukan terhadap hutan pun cenderung pada perspektif hukum pasar (antara manusia dan sumber pendapatan). Hutan tidak lagi dilihat sebagai habitat makhluk hidup termasuk manusia. Melihat hutan dengan paradigma kehidupan akan mendorong manusia bertindak konstan. Dan, wujud dari itu adalah memanfaatkan hutan sembari memikirkan dan bertindak untuk mengontrol akibat-akibatnya.

Bencana banjir yang menelan nyawa manusia sebegitu banyak di Wasior disebabkan sempitnya cara pandang masyarakat terhadap hutan dan memanfaatkannya dengan cara-cara yang tidak etik. Ujung-ujungnya paradigma yang demikian justru memusibahkan manusia.



BENCANA GUNUNG MERAPI

Minggu, 29 Oktober 2010 22:00 WIB


Gunung Merapi MeletusSetelah meningkatkan aktivitasnya sejak dua minggu lalu Gunung Merapi Akhirnya Meletus dengan mengeluarkan semburan awan panas (wedhus gembel) sampai mencapai ketinggian 1,5 km  tadi sore 26 Oktober 2010 pukul  17.02 waktu setempat. 
Akibat semburan awan panas ini, hujan debu kemudian mengguyur kawasan lereng-lereng Merapi. Bahkan debu di kawasan Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, tampak sangat pekat dan semakin lama debu semakin tebal.
Sejak diketahui awan hitam dan  wedhus gembel keluar dari puncak Merapi, alat EWS langsung berbunyi. Mendengar bunyi alarm itu, warga mulai panik dan berebut serta berlari menuju angkutan-angkutan evakuasi. Petugas SAR yang telah siaga di Kaliurang kemudian membagikan masker, karena debu makin pekat dan bau belerang makin menyengat.
Letusan Merapi 2010Banyak warga yang mengungsi terkulai lemas lantaran pingsan akibat menghirup asap abu vulkanik Gunung Merapi. Alhasil, sedikitnya tiga kecamatan di sekitar Kaliurang harus dikosongkan. Ketiga kecamatan tersebut adalah Cangkringan, Kecamatan Turi, dan Pakem.
Semburan material Merapi diperkirakan mampu mencapai 6 km dari pusat letusan dan mengarah ke selatan, tepatnya ke arah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. “ Bukti letusan ditandai dengan menggumpalnya awan panas atau wedhus gembel yang membawa material pasir panas bersuhu 500 derajat Celcius “. Kata Kepala Bidang Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMG) I Gede Swantika kepada detikcom, Selasa (26/10/2010) pukul 19.30 WIB. Debu akibat gempa vulkanik Merapi ini telah merambah hutan dan desa di sekitar lereng gunung tersebut. Akibatnya, kawasan hutan yang semula hijau kini tampak memutih.
Korban akibat Letusan Gunung Merapi
Menurut berita dari salah satu stasiun TV, Korban sementara akibat letusan gunung Merapi ini katanya korban tewas akibat semburan awan panas dari Merapi terus bertambah. Dua orang lagi dilaporkan warga Kinahrejo, namun belum terindentifikasi.
Sebelumnya, Sugianto, seorang warga Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, juga ditemukan tewas di rumahnya. Data sementara korban akibat wedhus gembel di Kinahrejo sebanyak 13 orang.

Yogyakarta, Realokasi anggaran dari sejumlah kementerian dan lembaga untuk program padat karya guna memberikan tambahan penghasilan bagi warga masyarakat terdampak erupsi Gunung Merapi sebesar Rp551 miliar lebih. “Untuk keperluan `cash for work` masyarakat terdampak letusan Merapi mencapai Rp551,769 miliar, dan mungkin masih akan terus...